Meski sistem OTEC adalah suatu teknologi terbaru, konsepnya memiliki
jalan pengembangan yang panjang. Dimulai pada tahun 1881, yaitu ketika Jacques Arsene d'Arsonval, fisikawan Prancis yang mengajukan konsep konversi energi termal lautan. Dan murid d'Arsonval, George Claude yang membuat pembangkit listrik OTEC pertama kalinya di Kuba pada tahun 1930[1]. Pembangkit listrik itu menghasilkan listrik 22 kilowatt dengan turbin bertekanan rendah[2].
Pada tahun 1931, Nikola Tesla
meluncurkan buku "On Future Motive Power" yang mencakup konversi energi
termal lautan. Meski ia tertarik dengan konsep tersebut, ia beranggapan
bahwa hal ini tidak bisa dilakukan dalam skala besar.
Pada tahun 1935, Claude membangun pembangkit kedua di atas 10000 ton kargo yang mengapung di atas lepas pantai Brazil. Namun cuaca dan gelombang menghancurkan pembangkit listrik tersebut sebelum bisa menghasilkan energi[2].
Pada tahun 1956, para fisikawan Prancis mendesain 3 megawatt pembangkit listrik OTEC di Abidjan, Pantai Gading. Pembangkit listrik OTEC itu tak pernah selesai karena murahnya harga minyak pada tahun 1950an yang membuat pembangkit listrik tenaga minyak lebih ekonomis[2].
Pada tahun 1962, J. Hilbert Anderson dan James H. Anderson,
Jr. mulai mendesain sebuah siklus untuk mencapai tujuan yang tidak
dicapai Claude. Mereka fokus pada pengembangan desain baru dengan
efisiensi yang lebih tinggi. Setelah menganalisa masalah yang ditemukan
pada desain Claude, akhirnya mereka mematenkan desain siklus tertutup
buatan mereka pada tahun 1967[3]
Amerika serikat mulai terlibat pada penelitian OTEC pada tahun 1974, ketika otoritas Natural Energy Laboratory of Hawaii mendirikan Keahole Point di Pantai Kona, Hawaii[4].
Laboratorium itu merupakan fasilitas penelitian dan percobaan OTEC
terbesar di dunia. Hawaii merupakan lokasi yang cocok untuk penelitian
OTEC karena permukaan lautnya yang hangat dan akses ke laut dalam yang dingin. Selain itu, Hawaii juga negara bagian yang biaya listriknya cukup mahal di Amerika Serikat.
Meski Jepang
tidak memiliki tempat yang berpotensial untuk mendirikan OTEC, namun
Jepang banyak berkontribusi dalam penelitian dan pengembangan OTEC,
terutama untuk ekspor dan penerapannya di luar negeri. Salah satu proyek
Jepang dalam pengembangan OTEC adalah fasilitas OTEC di Nauru
yang menghasilkan 120 kW listrik. 90 kW dimanfaatkan untuk menggerakkan
fasilitas OTEC tersebut dan 30 kW dialirkan ke sekolah-sekolah dan
beberapa tempat di Nauru[2].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar