Evapotranspirometer piche
tergolong alat yang sederhana. Alat ini hanya terdiri dari pipa gelas
berskala yang diisi air, piringan kertas filter, dan penjepit logam
(klip) berbentuk lengkungan seperti lembaran pegas. Prinsip kerja alat
ini didasarkan pada laju evapotranspirasi yang dinyatakan dengan
banyaknya air yang hilang ke atmosfer oleh proses evapotranspirasi
dari suatu daerah tiap satuan luas dalam satu satuan waktu. Karena alat
ini harganya relatif murah dan penggunaannya juga relatif mudah
sehingga menjadi alternatif alat ukur penguapan yang digunakan oleh
Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). Selanjutnya akan kita bahas lebih
jauh tentang evapotranspirometer piche.
Penguapan sebagai salah satu parameter cuaca, datanya sangat penting
untuk diperoleh. Terutama untuk pengamatan oleh BMG, data penguapan ikut
menentukan keakuratan dalam memprakirakan cuaca maupun analisis iklim.
Selain itu pengukuran penguapan dari permukaan air bebas dan permukaan
tanah serta transpirasi dari tumbuh-tumbuhan adalah sanagat penting
dalam pertanian, hidrometeorologi dan dalam pendesainan dan
pengoperasian waduk serta sistem irigasi terutama di daerah gersang.
Dalam bidang
pertanian, hal ini ikut melakukan proses bercocok tanam yang akan
menentukan keberhasilan setelah digabung dengan data yang lain. Dalam
praktek adalah sulit untuk memisahkan atau membedakan air yang
dihasilkan penguapan dari tanah, tubuh air dan yang
ditranspirasikan oleh tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu kedua proses tadi
biasa dicakup dengan menggunakan istilah evapotranspirasi. Laju
evapotranspirasi ini dinyatakan sebagai volume air cair yang hilang oleh
proses evapotranspirasi dari daerah yang ditentukan dalam satu satuan
waktu. Satuan waktu yang dipakai bisa satu jam atau satu hari.
Laju evapotranspirasi
dari suatu daerah ditentukan oleh dua pengendali atau control utama.
Yang pertama adalah ketersedian air pada permukaan daerah tersebut dan
control kedua ialah kemampuan atmosfer mengevapotranspirasikan air dari
permukaan dan memindahkan uap airnya keatas. Kalau banyaknya air selalu
tersedia tak terbatas, maka evapotranspirasi akan berlangsung dengan
laju maksimum untuk lingkungan tersebut. Keadaan ini memunculkan konsep
evapotranspirasi
potensial. Akan tetapi, pada umumnya banyaknya air pada permukaan
tidaklah selalu tersedia, apalagi tak terbatas, sehingga
evpotranspirasinya berlangsung dengan laju yang lebih kecil daripada
laju seandainya banyaknya air yang tersedia tak terbatas.
Dari keadaan ini timbulah konsep evapotranspirasi aktual. Kedua kontrol
utama evapotranspirasi tersebut merupakan fungsi dari berbagai faktor
seperti radiasi matahari, suhu, laju angin dan kelembaban. Untuk proses
evapotranspirasi
diperlukan energi. Kalau data radiasi tidak tersedia, maka sebagai
petunjuk dari banyaknya energi itu dapat digunakan suhu udara. Laju
angin atau turbulensi udara memindahkan uap air diatas permukaan
penguapan dan menggantinya dengan udara segar yang nisbi kering dan
dengan demikian melangsungkan proses penguapan. Kelembaban udara
berpengaruh pada laju penguapan. Hal ini disebabkan karena kelembaban
udara menentukan kapasitas atau kemampuan udara menampung uap air. Makin
besar kelembaban udara makin kecil kemampuannya untuk menampung uap air
dan sebaliknya. Disamping itu penguapan hanya terjadi kalau tekanan uap
air pada permukaan penguapan lebih beasar daripada tekanan uap air di
dalam lapisan udara diatasnya. Jadi kelembaban udara yang tinggi
menghalangi penguapan dan sebaliknya kelembaban udara yang rendah
mendorong atau merangsang penguapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar